Kamis, 02 Mei 2013

MEKANISME PERBAIKAN DNA, MUTASI DAN ADAPTASI, MUTASI DAN KANKER, APLIKASI PRAKTIS MUTASI, SERTA PENYAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN DNA


A.    Mekanisme Perbaikan DNA
       I.            Perbaikan Kerusakan DNA Akibat Mutasi secara Langsung
a)      Perbaikan oleh aktivitas enzim polimerisasi DNA
Selain mempunyai aktivitas polimerisasi dalam arah 5’→ 3’, enzim polimerisasi DNA pada bakteri juga memiliki aktivitas eksonuklease dalam arah 3’ → 5’. Aktvitas eksonuklease inilah yang antara lain memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi pada bakteri. Pengenalan kesalahan insersi nukleotida selama polimerisasi oleh enzim DNA polimerase sebagai akibat adanya bonggol pada unting ganda molekul DNA yang ditimbulkan oleh adanya pasangan basa yang salah. Diduga pula pada basa yang salah tidak dapat membentuk ikatan hidrogen.
Polimerisasi DNA akan terhenti dan tidak berlaku hingga nukleotida yang salah dipotong dan diikuti dengan penggantian nukleotida yang benar dan terbentuk ikatan hidrogen yang diperlukan. Pemotongan nukleotida yang dilakukan oleh aktivitas eksonuklease berlangsung dalam arah 3’ → 5’, jika pemotongan itu sudah dilakukan, aktivitas polimerisasi dalam arah 5’→ 3’ dari enzim polimerase DNA akan pulih kembali.
Bukti Peran penting aktivitas eksonuklease dari enzim polimerase DNA yang menekan laju mutasi pada bakteri dapat terlihat pada mutasi gen mutator pada E. Coli. Jika gen-gen mutator pada E. Coli mengalami mutasi, maka frekuensi mutasi pada E. Coli menjadi lebih tinggi. Misalnya, mutasi pada gen mut D mengakibatkan perubahan suatu sub unit ε (epsilon) polimerase III DNA yang menimbulkan cacat pada aktivitas perbaikan arah 3’ → 5’, sehingga banyak nukleotida yan salah tidak sempat diperbaiki.
b)     Fotoreaktivasi Dimer Pirimidin yang Diinduksi oleh UV
Fotoreaktivasi merupakan proses yang membutuhkan cahaya. Proses perbaikan dibantu oleh cahaya yang kelihatan dalam rentang 320-370 nm, dimer timin (atau dimer pirimidin lain) langsung berbalik pulih menjadi bentukan semula. Fotoreaktivasi dikatalisasi oleh enzim fotoliase yang diduga berfungsi sebagai ‘pembersih’ sepanjang unting ganda mencari bonggol yang terbentuk akibat dimer timin (atau pirimidin lain). Enzim fosfoliase akan menyingkirkan dimer jika diaktivasi oleh suatu foton. 
Gambar 4.1 Bagan perbaikan suatu timin dimer melalui fotoreaktivasi
a)      Perbaikan Kerusakan Akibat Alkilasi
Kerusakan DNA akibat alkilasi dapat dipulihkan oleh enzim perbaikan DNA khusus yang disebut metiltransferase O6-metilguanin atau O5methylguanine methyltransferase yang dikode oleh gen ada, dimana enzim tersebut akan menemukan O6-metilguanin pada molekul DNA dan selanjutnya menyingkirkan gugus metil tersebut kemudian DNA tersebut pulih kembali.
I.            Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara Membuang Pasangan Basa
a)      Perbaikan melalui pemotongan (excision repair)
Disebut sebagai perbaikan gelap atau dark repair, karena tidak membutuhkan cahaya. Proses perbaikan ini memperbaiki dimer pirimidin yang terbentuk akibat induksi cahaya UV.
b)      Perbaikan dengan Bantuan Glikosilase
Basa yang rusak dapat disingkirkan dari molekul DNA dengan bantuan enzim glikosilase yang dapat mendeteksi basa yang tak lazim dan selanjutnya mengkatalisasi penyingkirannya dari gula deoksiribosa.
Aktivitas katalitik enzim glikosilase menimbulkan suatu “lubang” pada DNA, posisi itu disebut tapak AP yang merupakan tapak apurinik (tidak ada purin berupa guanin dan adenin) atau tapak pirimidik (tidak ada pirimidin berupa sitosin atau timin). Lubang itu kemudian ditemukan oleh enzim endonuklease AP yang selanjutnya memotong ikatan fosfodiester di samping basa yang lepas tadi. Pemotongan tersebut memungkinkan bekerjanya enzim polimerase I DNA (E. Coli). Kemudian enzim polimerase I DNA menyingkirkan beberapa nukleotida didepan basa yang lepas itu dengan menggunakan aktivitas eksonukleasenya dalam arah 5’→ 3’ dan melakukan polimerisasi mengisi celah yang terbentuk dengan menggunakan aktivitas polimerisasinya. Akhirnya, enzim ligase DNA menyambung penggalan nukleotida baru ke ujung arah 3’ dengan penggalan nukleotida yang lama.
c)      Perbaikan Melalui Koreksi Pasangan Basa yang Salah
Masih terdapat kesalahan-kesalahan yang tersisa  dari perbaikan DNA, biasanya berupa pasangan basa yang tidak berpasangan dan pada proses replikasi berikutnya yang berakibat terjadi mutasi spontan. Kesalahan yang tersisa dibetulkan oleh sistem perbaikan lain yang disebut perbaikan pasangan yang salah (mismatched correction). Sistem perbaikan koreksi pasangan basa yang salah dikode oleh tiga gen, yaitu mut H, mut L, dan mut S.
Enzim tersebut mencari pasangan basa yang salah kemudian mengkatalisasi penyingkiran suatu segmen DNA (unting tunggal) yang mengandung pasangan basa yang salah. Enzim polimerase DNA akan mengkatalisasi polimerisasi pada celah yang terbentuk dan penyambungan hasil polimerisasi ke arah ujung 3’ dengan penggalan yang lama, dikatalisasi oleh enzim ligase DNA.
Enzim koreksi pasangan yang salah bekerja dengan cara pertama kali mengenali unting DNA baru. Unting DNA baru dikenali oleh enzim tersebut karena belum mengalami metilasi. Setelah unting baru dikenali, enzim tersebut menyingkirkan basa yang salah dari unting baru itu, selanjutnya berlangsung polimerisasi yang dikatalisasi polimerase I DNA, pada akhirnya hasil polimerisasi itu sisambung oleh enzim ligase DNA.
Pada molekul DNA, termasuk disekitar tempat pasangan basa yang salah terdapat urut-urutan basa nukleotida berupa GATS yang bersifat palindromik (Russel, 1992 dalam Corebima, 2008). Basa A pada palindrom biasanya mengalami metilasi yang dikatalisasi oleh enzim metilase-dam (enzim yang dikode oleh gen dam). Pada unting DNA yang baru terbentuk, selama beberapa saat setelah polimerisasi, basa A pada palindrom tadi belum mengalami metilasi dan keadaan inilah yang dikenali oleh enzim koreksi atas pasangan yang salah. Selain melakukan koreksi atas pasangan basa yang salah, enzim pengkoreksi itu juga dapat memperbaiki delesi maupun adisi sejumlah kecil pasangan basa.
A.    Mutasi dan Adaptasi
Pada dasarnya mutasi yang terjadi tidak ada kaitannya dengan kepentingan apakah mutasi itu bermanfaat atau bahkan merugikan. Efek mutasi itu baru dikualifikasi menguntungkan atau merugikan setelah dihubungkan dengan habitat lingkungan tempat hidup individu yang mengalami mutasi. Contoh; kalangan bakteri pada kasus auksotrofik (disebut juga mutasi nutrisional atau mutasi biokimia); kalangan makhluk hidup tingkat tinggi pada kasus mutasi kondisional atau mutasi peka suhu di lingkungan Drosophila. Peluang tiap mutan memperbesar daya penyesuaian suatu individu lebih besar manakala populasi (yang mengandung individu mutan) tersebut menempati habitat baru atau terjadi perubahan lingkungan.
B.     Mutasi Dan Kanker
Sebagian besar agen mutasi yang kuat, seperti radiasi pengion dan radiasi UV maupun berbagai zat kimia, bersifat karsinogenik atau penginduksi kanker. Teknik-teknik sensitif sudah dikembangkan untuk menguji zat-zat kimia maupun agen-agen lain sehingga dapat diketahui apakah bersifat mutagenik, karsinogenik ataupun keduanya.
Uji karsinogenitas dilaksanakan dengan memanfaatkan rodentia dan tikus yang baru lahir yang kemudian hewan ini disuntik dengan zat yang akan diuji yang selanjutnya akan diperiksa dalam hubungannya dalam pembentukan tumor. Uji mutagenitas juga sering dilaksanakan dengan cara yang sama. Namun, karena mutasi adalah peristiwa yang sangat jarang maka pengujian semacam ini tidak layak dan daya mutagen yang rendah jarang dideteksi.
Adanya korelasi antara daya mutagen dan daya karsinogen sebenarnya sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa kanker disebabkan mutasi somatik. Mutasi somatik dapat menyebabkan timbulnya kanker, diperkuat oleh penemuan onkogen seluler (onkogen penyebab kanker) dan oleh demonstrasi yang menunjukkan bahwa onkogen bertanggung jawab terhadap karsinomma kandung kemih akibat perubahan satu padang basa.  Sifat umum dari semua tipe kanker adalah bahwa sel-sel kanker yang ganas terus-menerus membelah, padahal sel normal tidak membelah. Dalam hubungan ini terlihat bahawa semua sel kanker kehilangan kontrol terhadap pembelahan sel secara normal  dan berakibat terbentuknya tumor. Pembelahan sel memanng tidak diragukan lagi dikontrol oleh gen dan mutasi yang menimpa gen bertanggung jawab terhadap kontrol pembelahan sel, dapat menghilangkan fungsi kontrol dari gen terhadap pembelahan sel.
C.    Aplikasi Praktis Mutasi
1)      Mutasi yang bermanfaat dalam perakitan bibit
Sekalipun sebagian besar mutasi tidak menguntungkan, upaya untuk mengembangkan sifat-sifat yang diinginkan melalui mutasi induksi sudah dilakukan oleh para perakit bibit tanaman. Perakit bibit tanaman sudah menghasilkan bibit rakitan gandum, kedelai, tomat, padi serta pohon buah-buahan. Tanaman yang tumbuh dari bibit rakitan itu terbukti dapat menghasilkan panen yang meningkat, kandungan zat (misalnya protein dan sebagainya) yang semakin sesuai dengan yang diharapkan, bahkan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
2)      Telaah Proses Biologis melalui Analisis Mutasi
Urut-urutan tahap pada suatu jalur reaksi dapat ditentukan dengan cara mengisolasi dan mempelajari mutasi-mutasi pada gen pengkode enzim-enzim yang terlibat (Gardner, 1991).
D.    Sakit Genetik Manusia Yang Ditimbulkan Oleh Kesalahan Replikasi DNA Dan Kesalahan Perbaikan DNA
Sel-sel manusia dapat mengidap beberapa sakit genetic yang terjadi secara alami yang bersangkut-paut dengan cacat pada replikasi DNA khususnya kegagalan perbaikan.
Mutan resesif diduga bersangkutan dengan suatu gen pengkode protein yang berperan pada perbaikan kerusakan DNA. Enzim yang diduga cacat adalah endonuklease yang berfungsi mengenal dimer timin dan mengkatalisasi tahap pertama perbaikan penyingkiran atau excision repair.
MUTASI KROMOSOM PERUBAHAN STRUKTUR KROMOSOM

Mutasi kromosom disebut juga abrasi kromosom. Mutasi kromosom mencakup perubahan struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom.
A.    Mutasi Kromosom Karena Perubahan Struktur
Macam abrasi kromosom merupakan perubahan pada sesuatu bagian kromosom daripada perubahan kromosom secara keseluruhan atau perubahan perangkat-perangkat kromosom pada suatu genom. Dikenal empat macam mutasi kromosom yang terjadi akibat perubahan struktural yaitu delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi. Delesi bahkan kadang-kadang dapat terjadi sebagai akibat pindah silang pada individu yang heterozigot untuk inversi atau heterozigot untuk translokasi. Delesi dan duplikasi tergolong perubahan mutasi genetik pada suatu kromosom; inversi tergolong perubahan susunan sesuatu segmen kromosom, sedangkan translokasi tergolong perubahan lokasi sesuatu segmen kromosom.
a)      Delesi
Delesi adalah suatu aberasi kromosom (mutasi kromosom) berupa perubahan struktural yang berakibat hilangnya suatu segmen materi genetik dari suatu kromosom.
Gambar 5.1 Delesi kromosom
Delesi merupakan pemutusan kromosom yang diinduksi oleh faktor-faktor penyebab seperti panas, radiasi (terutama radiasi pang-ion), virus, serta senyawa kimia atau bahkan oleh kesalahan pada enzim-enzim rekombinasi. Delesi dapat terjadi dengan bantuan analisis kariotipe, jika bagian kromosom yang mengalami delesi cukup besar, sehingga dapat terlihat di saat kromosom-kromosom homolog disandingkan; dalam hal ini satu kromosom tampak lebih pendek daripada yang lainnya. Deteksi delesi juga dapat dilakukan dengan bantuan pengamatan tentang ada atau tidak adanya lengkungan di saat kedua kromosom homolog berpasangan.
Contoh delesi antara lain yang pernah dilaporkan Drosophila dan manusia. Pada Drosophila satu contoh delesi yang terkenal adalah yang terjadi pada kromosom X antara pita 3 C2 hingga ke pita 3 C11. Jika dihubungkan dengan pita genetik, maka daerah kromosom X yang mengalami delesi yang menimbulkan mutan Notch tersebut terletak antara lokus-lokus pada posisi 1,5 hingga 3,0 unit peta.
Berkenaan dengan mutan Notch pada Drosophila tersebut sudah diketahui bahwa pada mutan w (white) akan berperilaku sebagai dominan jika mutan Notch ada pada kromosom homolognya. Sebenarnya selain gen mutan w, gen resesif lain yang berada disekitar lokus w juga berperilaku sebagai mutan dominan, jika ada gen mutan Notch pada kromosom homolognya.
Satu contoh delesi yang terkenal pada manusia adalah menimbulkan Cri-du-cat (“Cry-of-the-cat”). Delesi penyebab syndrom itu adalah bersifat heterozigot. Delesi tersebut terjadi pada lengan pendek kromosom 5. Teriakan para bayi pengidap sindrom tersebut terdengar seperti bunyi meong kucing. Sindrom itu juga ditandai dengan ukuran kepala kecil, abnormalitas pertumbuhan yang parah, serta adanya keterbelakangan mental (IQ antara 20-40); para penderita biasanya meninggal pada masa bayi atau awal masa kanak-kanak sekalipun ada juga yang tetap hidup hingga dewasa.


Gambar 5.2 Sindrom Cri Du Chat
Delesi penyebab sindrom cri-du-chat itu bahkan sudah dibuktikan oleh Lejeune dan yang lainnya kadang-kadang terlibat pada suatu proses translokasi resiprok. Dalam hal ini translokasi resiprok mencakup kromosom 15.
Contoh delesi lain pada manusia adalah yang menimbulkan leukimia myelositis kronis. Delesi tersebut terjadi pada kromosom 22. J.Rowley  juga menemukan bahwa ada penderita leukimia myelositis tersebut juga mengalami translokasi menuju kromosom lain. Dalam hal ini sebagian lengan panjang kromosom 22 biasanya ditranslokasikan ke kromosom 9.


a)      Duplikasi
Duplikasi adalah aberasi kromosom atau mutasi kromosom yang terjadi karena keberadaan suatu segmen kromosom yang lebih dan satu kaIi pada kromosom yang sama (Gardner, dkk, 1991). Segmen-segmen kromosom yang mengalami duplikasi sering berada berurutan (jika demikian duplikasi semacam itu disebut sebagai duplikasi tandem). Jika segmen yang mengalami duplikasi itu berurutan tetapi terbalik  maka duplikas itu disebut reverse tandem duplikation, sebaliknya jika segmen yang nengalami duplikasi itu terletak di ujung kromosom maka itu disebut duplikasi terminal.  






Kelompok gen globin α (pada manusia) terletak pada kromsom 16 sedangkan kelompok gen globin β terlelak pada kromosom 11.  Satu gen dan kelompok gen globin α  mengkode satu macampolipeptida yang bersama dengan macam polipeptida lain, yang dikode oleh satu gen dari kelompok gen  globin β, merupakan penyusun hemoglobin manusia (dewasa).
Satu contoh duplikasi yang terkenal adalah yang menimbulkan mata Bar pada Drosophila. melanogaster yang terjadi atas segmen 16 A dari kromosom X, sedangkan pada eukariotik duplikasi mengenai beberapa gen struktural mempunyai dua atau lebih kopi yang identil per genom.  Contoh-contoh gen semacam itu adalah kelompok gen imunoglobulin dan kelompok gen globin. Dalam hal ini sudah diketahui bahwa urut-urutan pada kelompok gen globin α sangat mirip dengan yang terdapat pada kelompok gen globin  β.


















1 komentar: